Sebagian besar perempuan boleh jadi sudah paham soal pap smear. Ini
adalah upaya pemeriksaan usapan leher rahim dan kemudian sel-sel yang
diambil dilihat di bawah mikroskop. Pemeriksaan ini berguna untuk
mendeteksi secara dini adanya perubahan atau ketidaknormalan sel-sel
leher rahim yang mengarah ke kanker.
Pap smear sangat bermanfaat untuk mendeteksi dini adanya kemungkinan kanker leher rahim.
Seperti kanker lainnya, semakin dini diobati, kemungkinan
keberhasilan pengobatan menjadi semakin tinggi. Tidak seperti kanker
payudara, yang juga sering dialami wanita, tidak ada benjolan yang dapat
dideteksi dini pada kanker leher rahim. Kanker leher rahim yang sudah
menunjukkan perdarahan vagina dan nyeri, biasanya terjadi setelah kanker
berada dalam tahap lanjut.
Tes ini disarankan dilakukan setiap tahun. Namun, benarkah tes tersebut harus dilakukan setiap tahun?
Menurut
dr Zubairi Djoerban, spesialis penyakit dalam dan guru besar Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, seperti halnya tes-tes penapis
lainnya, tidak ada tes yang 100 persen akurat. Memang pap smear,
terutama yang dilakukan dengan teknik konvensional, memiliki kemungkinan
hasil negatif palsu (false negative) yang cukup tinggi, yaitu sekitar
10-29 persen. Saat ini, sudah dilakukan pemeriksaan yang berbasis cairan
untuk meningkatkan akurasi dari pap smear.
Hasil negatif palsu
artinya hasil pap smear dinyatakan negatif, padahal sebenarnya sudah ada
sel-sel yang tidak normal. Hal ini akan berakibat pada keterlambatan
pengobatan. Hasil positif palsu artinya hasil tes dinyatakan positif,
padahal sebenarnya sel-selnya normal. ''Hal ini akan mengakibatkan
timbulnya kecemasan dan dilakukannya tes-tes lanjutan yang sebenarnya
tidak perlu,'' papar Zubairi dalam satu konsultasi.
Dengan
segala keterbatasan tersebut, pap smear saat ini masih menjadi pilihan
untuk mendeteksi dini kanker leher rahim karena cukup spesifik
mendeteksi adanya kelainan sel serta cara pemeriksaannya mudah,
sederhana, dan biayanya murah.
Untuk menghindarkan hasil yang
tidak akurat, lanjut Zubairi, sebelumnya harus dilakukan persiapan.
Waktu terbaik untuk melakukannya adalah 10-20 hari setelah hari pertama
menstruasi. Dua hari sebelum melakukan tes jangan membersihkan (cuci)
vagina dengan cairan pembersih, antiseptik, atau alat KB (spermisida),
memakai tampon, dan berhubungan intim.
Untuk jadwal rutin
pemeriksaan sebaiknya berkonsultasi dengan dokter kandungan. Karena, ini
terkait dengan hasil tes sebelumnya dan faktor risiko yang dimiliki.
Sebagai pedoman, jadwal untuk melakukan pap smear adalah tiga tahun
setelah berhubungan intim yang pertama. Setelah itu, sampai usia 30
tahun, tiga tahun sekali. Untuk wanita di atas 30 tahun, jika hasil tes
normal dan Anda tidak memiliki faktor risiko, mungkin dokter
menganjurkan untuk mengulangnya dua-tiga tahun lagi.
Jika hasil
pap smear positif, tergantung dari jenis sel yang ditemukan, mungkin
hanya akan diminta mengulang pap smear dalam beberapa bulan mendatang
atau dilakukan pemeriksaan lanjutan. Sekitar 50-80 persen wanita yang
dinyatakan hasil pap smear-nya abnormal, ternyata tidak mengalami kanker
leher rahim. Pemeriksaan lanjutan dapat berupa peneropongan leher rahim
dan/atau pengambilan sel-sel yang abnormal dengan biopsi atau kuret.
''Kalaupun hasilnya positif kanker, hasil pengobatan kanker leher rahim
stadium atau tahap dini jauh lebih baik dibandingkan stadium lanjut,''
ujarnya.
sumber